
Menua adalah proses alami yang tak dapat dihindari. Namun, menua dengan sehat, mandiri, dan tanpa membebani orang lain adalah sebuah pilihan yang dapat diupayakan. Untuk itu, Sekolah Lansia “Kalimasada” hadir sebagai wadah pembelajaran bagi para lanjut usia agar dapat menjalani masa tua yang lebih bermakna, berdaya, dan bahagia.
Hal tersebut disampaikan oleh Wasingatu Zakiyah, Kepala Sekolah Lansia Kalimasada, dalam acara peluncuran jenjang S2 (Standar 2) Sekolah Lansia Kalimasada sekaligus diskusi bertema “Lansia Tangguh, Bermakna, Berdaya, dan Bahagia”, Minggu (25/5/2025) di Kayunan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman.
Acara ini diikuti oleh 51 peserta lansia yang sebelumnya juga mengikuti kegiatan Posyandu Lansia, sebagai bentuk pendekatan holistik antara aspek kesehatan fisik dan mental.
Sesi edukasi kesehatan dalam kegiatan ini menghadirkan Yuliana Ratih dari Tim Kerja Kesejahteraan dan Pembangunan Keluarga (KSPK), BKKBN DIY, yang menyampaikan materi tentang demensia atau kepikunan pada lansia.
Yuliana menjelaskan bahwa demensia adalah kondisi penurunan fungsi daya ingat dan berpikir tanpa penurunan kesadaran, dengan gejala seperti mudah lupa, bingung, gangguan tidur, dan perubahan suasana hati.
“Penyebabnya bisa karena kerusakan sel otak, gangguan di area tertentu, penumpukan protein abnormal, atau faktor yang dapat diperbaiki seperti depresi, efek samping obat, konsumsi alkohol berlebihan, gangguan tiroid, hingga kekurangan vitamin D,” paparnya.
Yuliana menggarisbawahi bahwa tidak semua faktor risiko demensia dapat diubah, seperti usia atau genetika, namun banyak faktor yang masih bisa dicegah dan dikendalikan, terutama yang berhubungan dengan gaya hidup.
Beberapa langkah preventif yang disarankan antara lain rajin cek kesehatan secara berkala, mengelola tekanan darah, gula darah, dan kadar kolesterol, Mengurangi konsumsi makanan berlemak dan tinggi gula, berolahraga teratur, serta menghindari rokok dan alkohol
Selain itu, aktivitas mental dan sosial yang terus diasah juga penting untuk menjaga ketajaman fungsi otak. Lansia disarankan aktif membaca, menulis, bermain teka-teki silang atau catur, mengikuti pengajian, mempelajari keterampilan baru, dan terlibat dalam kegiatan sosial.
“Jangan lupa kelola stres dengan baik. Bisa melalui relaksasi, curhat, ibadah, atau mencari bantuan profesional bila dibutuhkan,” tambah Yuliana.
Kehadiran jenjang Standar 2 Sekolah Lansia Kalimasada menjadi tonggak baru dalam upaya membekali para lansia dengan wawasan, keterampilan, dan dukungan emosional agar mampu menjalani masa tua dengan percaya diri dan berkualitas. Sekolah ini tidak hanya mengajarkan tentang kesehatan, tetapi juga menguatkan mental dan spiritual para peserta agar terus merasa berarti.
“Sekolah lansia bukan sekadar kegiatan belajar, tapi bentuk investasi sosial agar para lansia tetap aktif, tangguh, dan tidak merasa terasing di usia senja,” ujar Wasingatu Zakiyah.
Dengan pendekatan terintegrasi antara edukasi, kesehatan, dan spiritualitas, kegiatan ini menguatkan pesan bahwa menua tanpa demensia bukan hal mustahil, melainkan hasil dari kesadaran, kebiasaan sehat, dan dukungan lingkungan yang baik. (Endarwati)