Mengawali tahun ajaran baru, Sekolah Dasar Negeri Donoharjo menggelar MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) dengan menggandeng Destana donoharjo untuk melakukan pendidikan Mitigasi bencana. Acara berlangsung di halaman SD Donoharjo pada Rabu 17/07/2024.
“Berada di daerah rawan bencana, Pendidikan mitigasi harus diajarkan kepada anak anak sejak dini sebagai bekal pengetahuan agar mereka paham langkah yang harus dilakukan, tahu peralatan yang digunakan untuk penyelamatan saat terjadi bencana sehingga anak-anak paham cara menyelamatkan diri dan juga paham alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya resiko bencana .” kata Sukardi kepala Sekolah SD Donoharjo saat ditemui di sela-sela acara.
Sementara itu Agus Hardiyo Pancoro ketua Destana Donoharjo dalam paparannya menyampaikan bahwa berdasarkan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya, Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Sleman dan Destana memetakan wilayah rawan bencana di Donoharjo.
“Bagian barat ke selatan sebagai kawasan rawan bencana angin kencang, Donoharjo bagian selatan sebagai daerah yang paling terdampak jika terjadi gempa bumi, sedangkan Donoharjo bagian Utara sangat rawan jika terjadi erupsi gunung Merapi dan sisi timur berpotensi terkena dampak banjir di sepanjang wilayahnya yang dilewati sungai Boyong.” kata Agus.
Oleh karena itu , lanjutnya, sebagai warga yang tinggal di daerah rawan bencana harus mengetahui dan paham pentingnya pengetahuan pertolongan dan penyelamatan pada saat terjadi gawat darurat. Kewaspadaan menghadapi bencana merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan karena kita tidak tahu kapan bencana akan terjadi.
Dalam kesempatan tersebut tim Destana mengenalkan berbagai alat yang digunakan dalam upaya penyelamatan dan juga alat untuk mengurangi dampak terjadinya bencana, misal alat mitigasi bencana angin kencang yang meliputi tali tambang besar ,gergaji mesin sepatu boot, pelindung kepala serta, kacamata.
“Alat ini diperlukan untuk mengantisipasi saat terjadi angin kencang terutama gergaji mesin untuk memotong batang pohon yang tumbang mengenai rumah warga dan menutup akses jalan . ” terang Agus.
Dikenalkan juga alat untuk penyelamatan bencana air meliputi rompi pelampung dan tali tambang besar yang digunakan untuk menolong korban laka air. Ada juga vertikal rescue berupa dragbar dan tali tambang yang digunakan untuk penyelamatan korban dari titik yang rendah ke titik yang lebih tinggi maupun sebaliknya, misalnya korban yang jatuh ke jurang atau tebing. “Alat ini juga digunakan untuk pengiriman logistik di kawasan bencana yang tidak dijangkau oleh kendaraan melewati jalan darat,” terang Agus.
Pada kesempatan tersebut diperkenalkan mobil Ambulans Donoharjo hasil swadaya masyarakat berikut perlengkapan yang ada di dalamnya. Ambulans tersebut disiapsiagakan untuk warga yang membutuhkan pertolongan saat terjadi kegawatdaruratan, seperti untuk antar jemput warga yang sakit ke rumah sakit maupun saat prosesi pemakaman.
Dikenalkan juga 4 bunyi sirene ambulan berbeda yang menandakan kondisi yang berbeda pula.
“Bunyi tempo palang kereta api menandakan jika ambulans tersebut sedang berada dalam perjalanan menuju rumah pasien, bunyi dengan tempo tidak terlalu cepat atau lambat artinya ambulans sudah membawa pasien dalam keadaan tidak gawat darurat , tempo cepat menandakan sedang membawa pasien darurat atau emergency yang harus segera ditangani. Dan bunyi tempo panjang artinya bahwa mobil ambulans sedang membawa jenazah” jelas Agus
Anak anak menampakkan antusias dan kegembiraan mengikuti acara tersebut apalagi dikemas menarik dengan menampilkan flying fox yang bisa dicoba oleh para siswa.
“Acara sengaja dikemas dengan penuh keceriaan agar anak-anak terkesan alat apa saja yang dipergunakan untuk pertolongan, dan selalu ingat bahwa jangan ragu untuk memberikan pertolongan kepada siapapun yang membutuhkan dan selalu berbuat baik dimana pun berada” tandas Agus. (Upik Wahyuni KIM Donoharjo)