Tanah menjadi salah satu media tanam yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman agar tanah tersebut subur, tanaman tumbuh dengan baik dan berproduksi dengan maksimal sehingga petani dapat menikmati keuntungan.
Demikian dikatakan Heri Hartanto pemateri Pelatihan Kewirausahaan Bagi Kelompok Tani yang diprakarsai oleh Pemerintah Kalurahan Donoharjo bekerjasama dengan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman bertempat di Aula Kalurahan Donoharjo pada Rabu (29/03/2022).
“Pengolahan tanah sangat diperlukan karena tanah mengalami degradasi atau penurunan sifat tanah yang disebabkan oleh pemakaian pupuk yang berlebihan, penggunaan pestisida yang melebihi dosis , serta sistem penanaman monokultur (satu macam tanaman) yang dilakukan dalam jangka waktu lama tanpa selingan tanaman yang lain,” kata Heri yang juga seorang praktisi pertanian tersebut.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sistem olah tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik , sifat kimia dan sifat biologi tanah.
“Sifat fisik tanah dapat dilihat atau diamati secara langsung seperti tekstur, struktur, konsistensi, warna, suhu, aerasi, drainase, dan lainnya,” lanjut Heri.
Tekstur tanah adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap air dan udara. Struktur tanah berperan mempengaruhi bentuk kepadatan tanah. Struktur yang merupakan besar kecilnya partikel penyusun tanah dapat dikepal, dipegang atau diraba.
“Sedangkan porositas merupakan pori pori tanah yang bukan berisi bahan organik dan mineral tetapi gas atau air. Demikian juga temperatur tanah sangat berperan penting bagi germinasi biji tanaman, pertumbuhan akar serta menyediakan nutrisi bagi tanaman,” kata Heri.
Selanjutnya Heri menjelaskan bahwa sifat kimia terdiri atas unsur hara ( nutrisi untuk tanaman ) dan pH (derajat keasaman) tanah. Sedangkan sifat biologi merupakan organisme di dalam tanah seperti mikroorganisme, cacing, dan lain-lain.
Pengolahan tanah meliputi beberapa tahap di antaranya perencanaan, persiapan dan pelaksanaan.
“Untuk tanaman hortikultura seperti cabe, tomat,terong dll, tanah diolah dengan membuat Pundungan dengan menentukan porosnya kira kira 160 – 180 cm. Bila musim kemarau jarak pundungan dan pembuatan lubang tanam dirapatkan tetapi bila musim penghujan jaraknya dijauhkan untuk mengurangi kelembaban dan mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri pengganggu. Arah Pundungan juga disesuaikan dengan kemana air akan dibuang,” kata Heri
Tahap selanjutnya adalah aplikasi pupuk dasar dengan menggunakan pupuk organik yaitu pupuk kandang yang telah difermentasi.
“Bila tidak terfermentasi bau sangat tidak enak, unsur hara yang dihasilkan tidak maksimal, membawa benih gulma, bakteri dan jamur merugikan. Hal ini bisa dicegah dengan melakukan Fermentasi bisa menggunakan EM4, PGPR atau bahan pengurai lainnya,” imbuh Heri.
Selain pupuk organik, juga digunakan pupuk anorganik atau pupuk kimia yang disesuaikan dengan dosis dan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
“Jika karakter tanah bersifat asam maka perlu ditambahkan kapur dolomit guna meningkatkan kadar pH tanah. Setelah tahap pengolahan selesai, para petani bisa melanjutkan penutupan menggunakan mulsa,” tutup Heri. (Upik Wahyuni/KIM Donoharjo)