Ngaglik – Berkunjung ke UPR (Usaha Pembenihan Rakyat) Budi Fish Farm, mata kita dimanjakan dengan indahnya puluhan kolam yang tertata rapi, bersih, air melimpah dengan  ikan warna warni ,  mulai ikan bibit/benih berbagai ukuran,  ikan konsumsi sampai indukan. Suara gemericik air yang berasal dari pancuran  dan umbul buatan yang sejatinya berfungsi menambah oksigen di dalam air kolam itu menambah suasana tenang dan damai. Siapa sangka usaha perikanan air tawar dengan omset ratusan juta per bulan itu berawal dari hobi semata.

“Sebagaimana anak kecil yang hidup di pedesaan dengan sumberdaya alam berupa air yang melimpah, kami sangat menyukai kolam dan ikan,” kata Albertus Budi Setiawan mengawali kisahnya saat ditemui di rumah sekaligus usaha pembibitan ikannnya di Padukuhan Donolayan, Kalurahan Donoharjo, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman, Senin (26/10/2020).

“Sampai remaja dan dewasa pun tetap pelihara ikan meskipun itu hanya sebatas untuk bersenang senang saja,” lanjutnya.

Hingga pada tahun 2008 Budi Setiawan yang saat itu bekerja di sebuah hotel ternama di Yogyakarta memberanikan diri menjadikan kesenangan budidaya ikan air tawar sebagai pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilannya.

“Sampai pada tahun 2010, saat erupsi gunung Merapi berdampak sangat serius pada pariwisata di Yogyakarta, hotel menjadi sepi sampai berbulan-bulan, dan saya memilih untuk resign dari hotel tersebut dan serius menekuni budidaya ikan air tawar yang semula hanya lele dan gurame saja,” imbuhnya.

Budi meyakini usahanya sangat prospektif ketika ia meminjahkan (pengembangbiakan) lele dan gurame yang semula ingin dibesarkan untuk ikan konsumsi, malah laku keras dan kewalahan menerima pesanan benih ikan.

“Pesanan benih ikan bukan sebatas lele dan gurame saja tetapi patin, nila, ikan hias seperti koi, komet dan ikan terapi. Pesanan yang semula lokal Jogja dan sekitarnya, dengan promosi melalui internet kini Budi Fish Farm telah mengirim benih ikan ke seluruh wilayah Indonesia,” katanya.

Karena pesanan dalam jumlah besar membuatnya kewalahan, Budi pun kemudian merangkul petani ikan di wilayah Jogja dan sekitarnya sebagai mitra kerja.

“Ada tantangan tersendiri ketika kita memiliki mitra kerja. Para petani ikan telah bertahun-tahun memelihara ikan dengan cara ia sendiri, sementara kita pun harus mengutamakan kualitas agar tidak kehilangan pasar. Di sinilah kami kemudian melakukan pembinaan dan  menerpakan Standar Operasi Prosedur (SOP) sangat ketat agar kualitas tetap terjaga mengingat pesaing kita banyak dan pengiriman sampai ke luar pulau, dimana daerah tujuan itu pun memiliki standar mutu benih ikan yang harus kita ikuti,” tambah Budi yang kini mempunyai 38 petani ikan sebagai mitra kerja.

SOP itu meliputi  pembuatan kolam, pengisian air, pemilihan calon induk, karantina indukan, pemberian pakan, peminjahan, pendederan, penebaran benih, seleksi benih hingga pengemasan dan distribusi benih.

” Dengan SOP yang ketat dan sesuai dengan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), kami telah mendapatkan sertifikat CPIB tersebut dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI ” kata Budi yang juga telah mendapatkan sertifikat CKIB (Cara Karantina Ikan yang Baik).

Budi menambahkan ia memilih usaha pembenihan ikan karena keuntungan yang lumayan, sekali pemijahan bisa mendapatkan ribuan benih ikan disamping itu resiko kegagalan yang relatif lebih sedikit dibanding pembesaran ikan.

“Pada pembenihan ikan, karena ikan masih kecil-kecil bila terjadi kegagalan biaya pakan yang ditanggung masih sedikit dibandingkan bila ikan dipelihara untuk tujuan koonsumsi,” ujarnya.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengkonsumsi protein hewani asal ikan, Budi percaya  usaha pembenihan ikan akan terus bertahan, ini terbukti selama masa pandemi permintaan benih ikan malah menunjukkan peningkatan. “Pelanggan yang datang kebanyakan dari mereka yang kehilangan pekerjaan akibat Covid-19 dan ingin memulai berwirausaha budidaya ikan air tawar,” pungkas Budi penuh optimisme. (Upik Wahyuni/KIM Donoharjo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *