Banyak brownies beredar di pasaran ada yang diproses dengan dikukus ataupun dioven. Dan brownies kukus dengan motif batik yang kini sedang digemari masyarakat memiliki keunikan tersendiri karena terkesan , etnik, artistik dan elegan. Sekotak brownies batik bahkan seringkali disangka ditutup dengan kain batik. Demikian dikatakan Tri Aprilia pemateri dalam Pelatihan Peningkatan Kemampuan dan Ketrampilan bagi Wirausaha Baru yang digelar Dinas Koperasi dan UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta dan pemerintah kalurahan Donoharjo bertempat di Embung Jetis Suruh Donoharjo Ngaglik Sleman pada Minggu 21/11/2021.
Motif batik yang dipakai sangat beragam, diantaranya Kawung, Parang, Sidomukti, Sekar Jagad dan Jarik gendong.
“Kombinasi warna pun bisa dibuat dengan banyak variasi tergantung permintaan konsumen dan motif batik yang diinginkan. Sedangkan untuk motif batik klasik biasanya memakai kombinasi warna coklat, coklat tua dan putih” papar Tri yang memiliki usaha brownies batik dengan brand April_mbatrie Bakery di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul tersebut.
Membuat brownies batik, lanjut Tri, membutuhkan ketrampilan dan ketelitian, karena harus memperhatikan nilai artistik tanpa meninggalkan citarasa brownies itu sendiri.
“Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat pola motif batik atau mal pada kertas dan ditempel di loyang. Mal tersebut dilapisi kertas kue dan motif dibuat mengikuti pola tersebut. Adonan yang sudah diberi warna dijadikan ‘tinta’ untuk melukis di atas pola batik, kemudian dikukus selama 10 menit. Langkah selanjutnya membuat adonan brownies, tuangkan di atas motif batik dan kembali dikukus sampai matang. “jelas wanita yang telah memasarkan produk nya sampai ke luar pulau Jawa tersebut.
Apabila dibuat bolu gulung (roll cake) ditambahkan butter krim , keju atau selai kemudian digulung dalam keadaan panas agar brownies tidak pecah.
” Jika akan dikemas dalam kotak, dinginkan sampai asapnya hilang.” kata Tri.
Brownies batik bisa tahan selama lima hari pada suhu ruangan dan lebih dari seminggu bila disimpan dalam kulkas.
Tri juga memotivasi peserta pelatihan bahwa peluang usaha brownies batik masih terbuka lebar apalagi Jogja sebagai tujuan wisata banyak wisatawan membeli oleh-oleh untuk keluarga, teman atau tetangga.
” Pesanan brownies batik biasanya meningkat pesat saat musim liburan tiba, hari Raya atau dipakai sebagai hantaran acara pernikahan” ujarnya.
Anggota DPRD DIY, KPH Purbodiningrat dari fraksi PDIP yang berkesempatan hadir menutup pelatihan tersebut berharap agar materi pelatihan bermanfaat bagi para peserta sebagai modal ilmu memulai wirausaha untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga. (Upik Wahyuni/KIM Donoharjo)