Semakin meningkatnya jumlah korban yang terjangkit sekarang ini, maka penanganan Covid-19 tidak cukup hanya dilakukan oleh pihak medis maupun pemerintah. Peran dari banyak pihak pun semakin dibutuhkan sebagai sukarelawan dalam membantu menurunkan laju penularan baik dari pemangku wilayah seperti lurah dan ketua RT/RW, juga dari tokoh agama, tokoh masyarakat, kader kesehatan, puskesmas, babinkamtibmas, relawan, maupun peran serta dari seluruh warga masyarakat.
Keterlibatan serta kerelawanan dari seluruh komponen masyarakat ini merupakan konsep pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masing-masing pihak dalam tugas yang saling bersinergi dan mendukung satu sama lain.
“Sudah saatnya menghidupkan kembali kerelawanan secara konkrit dalam upaya menekan laju penularan Covid-19,” ungkap Ns. Maryana, S.Sit,. S Psi, S.Kep. M Kep saat memberikan bimbingan teknis (bimtek) kegawatdaruratan gelombang kedua di RM Pring Sewu, Jalan Magelang, Kabupaten Sleman, Jumat (25/6/2021).
Jika merasa sakit, masyarakat diminta segera melapor kepada ketua RT/RW/lurah dan petugas puskesmas untuk mendapat pelayanan kesehatan sesuai ketentuan. Peran serta lain yang bisa dilakukan masyarakat adalah menggunakan transportasi pribadi serta tertib menjalankan protokol kesehatan 5M: menjaga jarak, menghindari kerumunan, memakai masker, mencuci tangan, dan mengurangi mobilitas.
Menurut Maryana, masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam membantu aparat RT/RW/desa dalam melakukan upaya pencegahan Covid-19, yaitu saling mengingatkan sesama warga untuk menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan, serta membantu pemenuhan logistik bagi warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah atau lansia yang tidak memiliki keluarga.
Sementara itu lurah, ketua RW dan ketua RT berperan memberikan informasi melakukan edukasi, mendorong partisipasi warga untuk 5M, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan mengurangi mobilitas, serta berkoordinasi dengan puskesmas. Tokoh agama dan tokoh masyarakat mengedukasi dan mendorong warga dalam langkah langkah pencegahan Covid-19 melalui pendekatan agama dan budaya.
Adapun Babinkamtibmas berperan mengedukasi, memantau penerapan PHBS dan 5 M, menegakkan kedisiplinan, dan menangani penderita. Kader kesehatan selain mendorong partisipasi warga juga membantu ketua RT/RW dalam memfasilitasi logistik. Puskesmas berperan dalam menganalisa data, pelacakan kasus, dan membantu koordinasi dan rujukan.
Maryana menekankan perlunya menyusun rencana kegiatan di masyarakat
dalam penanganan Covid-19 yaitu menyampaikan informasi tentang penyebab, penularan, dan pencegahan. Edukasi tentang etika batuk, cara cuci tangan pakai sabun, dan cara menggunakan masker pun perlu diberikan. Penyampaian edukasi bisa menggunakan sarana pengeras suara, saluran komunikasi elektronik di telepon genggam.
Hal-hal lain yang harus dilakukan adalah membuat jadwal pelaksanaan, sasaran kegiatan, dan rencana anggaran lengkap dengan penanggungjawab kegiatan.
Kemudian mendata kesehatan warga yang beresiko tinggi, warga datang dan pergi, pendataan potensi seperti tenaga kesehatan, akses kesehatan, dan fasilitas mobil milik warga.
Hasil pendataan, perencanaan program, maupun kesepakatan penanganan covid ini kemudian dipaparkan dalam musyawarah di tingkat RT, RW ataupun Desa.
“Untuk mencegah wabah penyakit Covid-19 dengan uraian yang disingkat dengan SHOLATLAH, yaitu Selalu mengkonsumsi makanan bergizi, Hindari kerumunan, Olahraga, Lakukan PHBS, Alat Pelindung diri berupa masker dan rajin cuci tangan, Tenangkan hati kontrol emosi, Lakukan deteksi dini, Aktivitas di rumah, dan Hiasi rumahmu dengan baca Alquran serta berdzikir bersama keluarga,” kata Maryana yang aktif sebagai dosen di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jurusan Keperawatan ini.(Endarwati/KIM Donoharjo)