Peningkatan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja menimbulkan dampak ekonomis, tidak hanya bagi individu pekerja tapi juga bagi keluarga, masyarakat dan negara. Itu salah satu alasan Puskesmas Ngaglik II mengadakan Sosialisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Kamis (11/2/2021). Acara yang diselenggarakan di Aula Balai Kalurahan Donoharjo, Ngaglik, Sleman ini dihadiri oleh Perangkat Kalurahan dan perwakilan Organisasi Sosial Masyarakat Destana, Tim Kamboja, dan FKPM.

Hidayatul Faiza, petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Ngaglik II yang biasa dipanggil Iza menjelaskan bahwa pekerja memiliki risiko terpapar bahaya di tempat kerja yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan produktivitas kerja.

“Tempat kerja adalah tempat di mana orang berkumpul. Rata-rata orang bekerja di kantor selama kurang lebih 8 jam per hari. Terdapat banyak pekerjaan di tempat kerja, di mana setiap pekerjaan pasti memiliki risiko dan bahaya, yang semuanya itu dapat menimbulkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK),” terangnya.

Oleh karena itu, pekerja memiliki peran strategis dalam pembangunan dan dapat berperan sebagai agent of change untuk membudayakan hidup sehat dalam keluarga menurut Iza harus menerapkan pola hidup sehat di tempat kerjanya, melalui penerapan K3.

Lebih lanjut, Iza menjelaskan bahwa tujuan penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di tempat kerja adalah untuk mencegah dan mengurangi penyakit akibat kerja dan penyakit lain, serta kecelakaan kerja pada karyawan.

“Untuk mewujudkan kantor yang sehat, aman, nyaman, dan karyawan yang sehat, selamat, bugar, berkinerja dan produktif,” ucap Iza.

Potensi bahaya yang harus dicegah melalui penerapan K3 menurut Iza dapat dipengaruhi dari 5 faktor, yaitu, dari faktor fisik berupa bising, getaran, pencahayaan, radiasi layar komputer, elektrik, dan lainnya. Sementara dari faktor kimia dapat berupa partikel debu, cairan desinfektan, uap, vapour, mist dan sebagainya. Faktor lainnya yaitu faktor biologi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, dan vektor.  Berikutnya adalah faktor ergonomi seperti posisi kerja tidak netral, gerakan berulang, kelebihan beban, dan lainnya. Terakhir, faktor psikosiosial berupa konflik antar rekan, stress kerja, shift, beban kerja, dan karir.

“Contoh di perkantoran, beberapa masalah K3 yang sering muncul antara lain penataan dokumen dan peralatan yang tidak aman, penataan kelistrikan yang tidak aman, posisi kerja yang tidak ergonomis, penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang tidak sesuai kondisi ataupun kondisi tangga darurat yang tidak sesuai,” jelas Iza.

Iza kemudian menjelaskan bahwa hal yang perlu diperhatikan untuk standar pelaksanaan K3 di perkantoran diantaranya yang berhubungan dengan fisik seperti pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan ruang perkantoran, desain alat dan tempat kerja, penempatan dan penggunaan alat perkantoran, pengelolaan listrik dan sumber api.

Selain itu, K3 di perkantoran juga harus memiliki langkah manajemen untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi. “Seperti manajemen tanggap darurat gedung, manajemen keselamatan dan kebakaran gedung persyaratan dan tata cara evakuasi penggunaan mekanik dan elektrik, P3K, kesehatan kerja peningkatan pengetahuan kesehatan kerja,” terang Iza lagi.

Iza juga menyebutkan bahwa perkantoran harus menerapkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja seperti penyediaan ruang ASI dan pemberian kesempatan memerah ASI selama waktu kerja di perkantoran. Para pekerja juga harus harus mempertimbangkan kondisi pribadi maupun lingkungannya, seperti aktivitas fisik dan kesehatan lingkungan kerja perkantoran

“Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan perkantoran juga harus memperhatikan sarana bangunan, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah, cuci tangan pakai sabun (CTPS), pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit,” Iza menambahkan.

Sementara pada kesempatan yang sama, Petugas Promkes Puskesmas Ngaglik II Ajeng juga menjelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga keselamatan kerja. Untuk mereka yang bekerja di kantor, Ajeng mengingatkan untuk menjaga kesehatan dengan terus menerapkan protokol kesehatan, berperilaku PHBS dan beristirahat yang cukup.

Selain itu, Ajeng juga menghimbau para pekerja untuk melakukan aktifitas fisik secara berkala. “Seperti melakukan peregangan otot, melakukan istirahat, menggunakan kacamata anti radiasi serta memilih menu makan rapat yang lebih sehat, yang menyertakan sayuran di dalamnya,” ujar Ajeng.

Ajeng juga tidak lupa mengingatkan para pekerja di di organisasi sosial untuk selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan.

“Terutama teman-teman relawan penanggulangan COVID-19, selain terus menerapkan prokes 3 M dan  PHBS juga menggunakan APD yang standar, apalagi ketika melakukan kegiatan pemakaman jenazah. Untuk relawan lainnya juga ketika melakukan kegiatan kerelawanan seperti membantu melakukan pembersihan kayu tumbang, atau evakuasi bencana misalnya, jangan lupa pula untuk mengenakan helm dan sepatu boot,” jelas Ajeng lagi. (Endarwati/KIM Donoharjo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *