Pakan, bibit, keadaan kolam dan cara pemeliharaan merupakan penentu keberhasilan bisnis budidaya ikan air tawar, begitu pula dalam hal biaya operasional, pakan menduduki peringkat pertama di samping pengeluaran yang lain seperti benih ikan, perawatan, obat , vitamin, tenaga kerja dll. Untuk itu diperlukan efisiensi pakan dengan cara menekan biaya pakan semaksimal mungkin tetapi pertumbuhan ikan tetap baik.
Albertus Budi Setiawan pemilik Budi Fish Farm menyadari akan hal tersebut dan berusaha membuat pakan dengan bahan baku lokal namun dengan kualitas yang tidak kalah dengan pakan pabrikan.
Saat dihubungi Selasa 04/11/2020 pemilik farm yang berlokasi di Donolayan , Donoharjo, Ngaglik Sleman, Budi mengisahkan pembuatan pakan alternatif tersebut berawal dari keprihatinan ketika awal pandemi Covid19 muncul , dimana beberapa daerah menutup diri (lock down) membuat usahanya yang bergerak di bidang penyediaan ikan konsumsi dan bibit ikan air tawar seperti nila, lele, gurame, patin, koi, menjadi terhambat. Pengiriman ke luar pulau dan antar kota banyak yang dibatalkan akibat pembatasan sosial yang diterapkan beberapa daerah pada waktu itu. Begitu pun pasokan pakan dari pabrik yang berasal luar daerah menjadi terhambat padahal Budi memiliki jutaan ikan dari bibit/benih , indukan sampai ikan siap konsumsi yang ditebar di puluhan kolam dan harus diberi pakan setiap harinya.
“Situasi ekonomi yang tidak menentu, memaksa saya berpikir bagaimana menciptakan pakan sendiri dengan bahan baku lokal dan murah namun kualitasnya tidak kalah dengan pabrikan ” kata Budi.
Kemudian ia belajar tentang cara menyusun pakan dan mencari bahan baku di Yogyakarta dan sekitarnya , yang kemudian diformulasikan menjadi pakan ikan.
” Kami mengumpulkan bahan2 limbah sisa pengolahan seperti ampas tahu, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kacang kemudian tapioka, gaplek, jagung, tepung kopra sebagai sumber karbohidrat dan sumber protein nabati. Sedangkan sumber protein hewani berasal dari tepung ikan dan tepung udang. Lemak didapatkan dari minyak ikan ” tambahnya.
Selanjutnya ia mengungkapkan bahwa kini tepung ikan yang diperlukan dalam formulasi pakan ikan tersebut telah berhasil diproduksi di farm nya sendiri dengan teknologi stem.
“Bahan baku tepung ikan masih didatangkan dari Semarang , karena di sana banyak limbah ikan yang tidak terpakai kemudian disini diproses dengan teknologi stem atau pengukusan , cara sederhana tetapi tidak mengurangi kandungan nutrisinya” kata bapak dari 2 anak tersebut yang memulai usahanya sejak tahun 2010.
Bahan baku berupa limbah ikan yang telah terkumpul tersebut diproses dengan Stem , dikeringkan kemudian diproses lagi menggunakan mesin menjadi tepung.
Tepung ikan dan bahan lain kemudian ditimbang sesuai komposisi, dan mencampurnya menggunakan mesin mixer pakan , setelah itu dimasukkan ke dalam mesin pelet sehingga dihasilkan bentuk pellet apung yang mampu dimakan oleh ikan sesuai dengan umurnya.
Setelah proses peleting lalu dikeringkan menggunakan oven agar kadar air tidak lebih dari 12 persen sehingga pellet lebih awet jika disimpan dalam jangka waktu tertentu.
” Keuntungan Pakan pelet apung adalah petani ikan lebih mudah memonitor penggunaan pakan karena pakan pelet berada di permukaan air sehingga bisa diketahui apakah pakan yang diberikan telah mencukupi kebutuhan ikan atau belum, kehilangan pakan akibat pemberian pakan berlebih dapat diminimalisir sehingga penggunaannya lebih efisien ” tambah Budi yang kini memiliki omset hingga ratusan juta per bulan.
Budi menambahkan bahwa pakan buatan nya tersebut telah diuji di laboratorium IPB (Institut Pertanian Bogor) selain itu telah diujicoba untuk ikan2 di farm nya sendiri , di 30 petani ikan binaannya serta dipakai oleh Komunitas Lele Nusantara.
“Dari hasil pengamatan dan penelitian , ternyata pakan yang yang kami formulasi kan hasilnya tidak kalah dengan pakan pabrikan, artinya memelihara dalam waktu yang sama tonase ikan yang dihasilkan relatif sama padahal biaya pakan yang kita bikin sendiri selisih 2000 hingga 3000 lebih murah dari pakan pabrikan.”ungkap pria alumni Universitas Sanata Dharma tersebut.
“Ujicoba produk dan perbaikan formulasi pakan terus dilakukan untuk menghasilkan produk yang sempurna sehingga suatu saat nanti bisa dilempar ke pasar yang lebih luas. Harapannya pakan ini bisa diterima oleh petani ikan khusus nya di Sleman dan seluruh Nusantara sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani ikan air tawar” harapnya.
(Upik Wahyuni/KIM Donoharjo)