Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu kendala dalam budidaya pertanian. Penyebab penyakit tanaman tersebut dapat menginfeksi dan menyebar melalui berbagai media misalnya air, tanah dan udara /angin. Patogen penyebab penyakit yang menular lewat tanah mampu menyebar dan bertahan lama sehingga menyebabkan kehilangan hasil budidaya yang ditandai dengan layu tanaman. Demikian dikatakan Wiwik Widiyatni petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) UPTD Balai Proteksi Tanaman Pertanian, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY saat memberikan pengantar pada acara Pelatihan perbanyakan bakteri Bacillus subtilis di kelompok tani Citra Mandiri padukuhan Suruh , Donoharjo Ngaglik Sleman pada Senin 12/06/2023.

“Penyakit layu pada tanaman hortikultura diantaranya adalah layu fusarium yang dapat menjadi salah satu ancaman serius bagi petani karena penyakit ini dapat menyebabkan tanaman layu dan mati sehingga menimbulkan kerugian besar. Untuk itu penting bagi petani mengetahui dan melakukan pengendalian sebagai upaya mencegah kematian pada tanaman hortikultura.” kata Wiwik.

Untuk menekan perkembangan patogen dapat diterapkan pengendalian yang ramah lingkungan antara lain dengan memanfaatkan mikrobia antagonis yang dapat mengkoloni daerah perakaran tanaman diantaranya adalah Bacillus subtilis.

Perbanyakan Bacillus subtilis sebagai pengendali layu bakteri seperti dilakukan oleh kelompok tani Citra Mandiri menggunakan isolat murni yang berasal dari Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.

“Untuk perbanyakan Bacillus subtilis menggunakan media cair berupa ekstrak kentang gula (EKG). Caranya dengan memanfaatkan air rebusan kentang dan gula pasir kemudian ditambah biang/bibit Bacillus subtilis. Lakukan fermentasi selama kurang lebih 2 minggu dalam keadaan aerob. Hasil yang didapatkan adalah turunan pertama (F1)” ungkap nya.

Selanjutnya dari F1 tersebut bisa diperbanyak dengan cara yang sama, hasilnya turunan kedua (F2).

“Dari F2 inilah yang bisa diaplikasikan pada beberapa hari sebelum tanam agar mikroorganisme berkembang biak dengan baik dan dapat dipergunakan untuk melindungi akar tanaman dari bakteri yang merugikan” ujarnya.

Wiwik berharap akan semakin banyak petani menggunakan agen hayati seperti Bacillus subtilis yang ramah lingkungan untuk menekan dan mengendalikan penyakit layu bakteri karena bahan yang terkandung di dalamnya merupakan bakteri baik (probiotik) yang tidak akan menganggu ekosistem dan meninggalkan residu pada lahan. (Upik Wahyuni KIM Donoharjo).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *