Sejak zaman dahulu, Bangsa Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang luar biasa, jamu salah satunya. Bahkan empon-empon yang merupakan salah satu bahan baku jamu merupakan penyebab utama kaum Hindia Belanda melakukan eksploitasi yang dilanjutkan melakukan penjajahan di Indonesia.

Demikian disampaikan apt. Indrawati Kurnia Setyani, Apoteker yang menjadi narasumber pada pelatihan pengolahan jamu Minggu 23 Juni 24 di Joglo Tanjung Donoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta.

Jadi khasiat jamu untuk menjaga dan mengobati penyakit sudah diakui dan dilakukan sejak nenek moyang Bangsa Indonesia. “Penggunaan jamu sebagai upaya preventif mampu menghambat potensi munculnya penyakit degeneratif & metabolik sehingga dengan rutin mengkonsumsi jamu, makan badan akan senantiasa sehat dan bugar”, jelas Indrawati.

Untuk melestarikan warisan bangsa tersebut dapat dilakukan dengan budidaya tanaman obat secara khusus maupun melalui toga atau tanaman obat keluarga.
“Tanaman Obat keluarga atau TOGA adalah tanaman berkhasiat yang ditanam di lahan pekarangan yang dikelola oleh keluarga dalam rangka memenuhi keperluan akan obat-obatan tradisional yang dapat dibuat sendiri”.

” TOGA dimaksudkan agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara yang murah, mudah, aman dan nyaman. Selain itu juga akan tercipta keindahan lingkungan dan menghemat keuangan karena kebutuhan bahan obat alam, sayuran dan bumbu masak telah tersedia di dalam TOGA”.

“Yang bisa dimanfaatkan dari TOGA dapat bagian rimpang, akar, daun, batang, kulit kayu, bunga, buah ataupun bijinya. Ada pula bagian herba yaitu seluruh tanaman kecuali akarnya”, jelas Bu Indrawati.

“Yang dimanfaatkan Rimpangnya seperti kunyit, kunyit putih, kencur, jahe emprit, jahe gajah & jahe merah, lengkuas, temulawak, temu giring, temu ireng, temu kunci dan temu mangga. Ada pula lempuyang wangi, lempuyang gajah, lempuyang emprit”.

Tiga unsur utama yang harus dipenuhi dalam pemanfaatannya, bahwa Jamu harus aman, bermutu dan bermanfaat. ” Aman karena terbukti telah digunakan secara turun temurun, menggunakan bahan tumbuhan obat , dan tidak ditambahkan bahan kimia. Ciri tambahan kimia diantaranya manfaatnya bombastis, berdampak cepat di badan”, jelas Indrawati lagi.

“Bermutu karena diolah dengan kaidah cara pembuatan jamu yang baik, layak konsumsi, tidak tercemar & tidak rusak. Pengolahan tidak standar akan menyebabkan pembusukan lebih cepat”.

“Selain itu, jamu juga memberikan manfaat bagi tubuh. Jamu bermanfaat jika digunakan secara teratur sesuai tujuan penggunaan. Elek penyembuhan tidak dapat dirasakan secara langsung. Biasanya orang Jawa menggunakan istilah Cespleng atau tokcer”.

“Agar memenuhi unsur obat tradisional yang aman, bermutu dan berkhasiat, maka bahan baku obat tradisional harus berkualitas baik, pengolahan dan pengemasannya juga harus baik dan higienis,” jelas Indrawati lagi.

Untuk menambah wawasan dan ketrampilan, para peserta juga melakukan studi tiru di rumah produksi Jamu Jeng In yang terletak di Pokoh Baru, Wedomartani, Ngemplak, Sleman.

Sementara itu, Estri Utami salah satu peserta pelatihan yang juga merupakan sekretaris 2 Desa Wisata Tanjung menyampaikan bahwa rangkaian pelatihan pendampingan jamu merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mendukung terwujudnya Desa Wisata Tanjung sebagai desa wisata yang dikenal dengan konsep “healing and relaxing tourism.

” Dalam rangkaian ini, berbagai aspek terkait pembuatan, penggunaan, dan manfaat jamu diperkenalkan dan diajarkan kepada masyarakat setempat. Kegiatan ini melibatkan para ahli dan praktisi jamu yang memberikan pengetahuan serta keterampilan praktis, mulai dari pemilihan bahan, proses pembuatan, hingga cara penyajian yang baik dan benar. Selain itu, pelatihan ini juga mencakup aspek pemasaran dan pengelolaan usaha jamu agar masyarakat dapat memanfaatkan potensi jamu sebagai daya tarik wisata dan sumber penghasilan. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tetapi juga mendukung upaya pelestarian budaya dan tradisi lokal”.

Tami yang juga anggota FORKOM desa wisata sleman berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat Donoharjo sebagai bagian dari Desa Wisata Tanjung mempunyai wawasan yang lebih luas tentang perjamuan atau ilmu tentang jamu. Dengan pengetahuan yang lebih mendalam, masyarakat dapat lebih percaya diri dalam mengolah dan memasarkan produk jamu mereka. Selain itu, keterlibatan aktif dalam pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan kesejahteraan melalui penggunaan jamu yang alami dan tradisional. Dengan demikian, masyarakat dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mewujudkan Desa Wisata Tanjung sebagai destinasi wisata yang menawarkan pengalaman “healing and relaxing tourism.”

“Pada akhirnya, kegiatan ini diharapkan juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, serta menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung dan menikmati keunikan serta kekayaan budaya yang dimiliki Desa Wisata Tanjung”, pungkasnya. (Endarwati/KIM Donoharjo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *