Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat luas. Tidak terkecuali bagi mereka yang berkecimpung di dunia seni dan budaya. Banyak pekerja seni yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan karena pembatalan kegiatan, baik itu produksi, pentas pertunjukan maupun festival kesenian. Hal inilah yang dialami oleh Sudarmin, pelaku seni budaya Jawa sekaligus pemilik Sanggar Seni Kertodikromo Jemirah.
Sudarmin mengaku bahwa banyak agenda kesenian seperti ketoprak, jathilan, gejog, lesung, panembromo, teater rakyat, karawitan, dan mocopat yang sudah direncanakan sebelumnya terpaksa dibatalkan karena terkendala pandemi Covid-19. Pembatasan sosial maupu fisik yang diberlakukan untuk mencegah terjadinya kerumunan yang menjadi penyebab utamanya.
“Pentas pun harus dilakukan tanpa penonton, padahal seni pertunjukan bisa dikatakan sempurna jika ada penonton yang hadir bersama di dalam suatu ruangan sehingga bisa memberikan respon dan mengapresiasi pertunjukan secara langsung,” ujar Sudarmin ketika ditemui di sanggarnya yang beralamat di Penen Donoharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, Minggu (31/1/2021).
Meski begitu, Sudarmin tetap bersemangat untuk terus produktif menyalurkan jiwa seninya. Menurutnya, masih banyak cara untuk mengekspresikan jiwa untuk berkesenian.
“Selama masa pandemi ini kami tetap rutin berlatih di sanggar. tetapi kami sadar tidak sembarangan berlatih maupun berkumpul, jumlah personel juga dibatasi hanya sepertiganya saja, serta menjalankan protokol kesehatan yang ketat,” ungkap pria yang juga seorang purnawirawan TNI Angkatan Laut ini.
Sudarmin mengakui bahwa selama masa pandemi ini, interaksi dengan sesama pelaku seni justru semakin intens terjadi, dengan saling memberi masukan terhadap suatu naskah maupun karya yang dikirimkan melalui media sosial agar hasilnya lebih sempurna.
Sementara untuk pementasan, Sudarmin menyebutkan bahwa saat ini semuanya dilakukan secara online, dan digital.
“Pentas dilakukan di suatu ruangan dengan jumlah pemain yang terbatas kemudian diunggah di media sosial baik melalui siaran langsung maupun rekaman dalam bentuk keping DVD,” jelasnya.
Nantinya, hasil rekaman tersebut dibagikan ke sesama pelaku dan pecinta seni budaya. “Suatu kebanggaan tersendiri apabila diakui oleh sesama pelaku seni maupun khalayak ramai,” imbuh Sudarmin.
Tidak hanya itu saja, Sudarmin juga mengungkapkan bahwa selama pandemi ia tetap aktif mengikuti berbagai macam perlombaan secara daring. Hasilnya, Sudarmin dan kelompok keseniannya sukses meraih berbagai macam penghargaan, antara lain juara 3 lomba karawitan se-Kabupaten Sleman, juara harapan 1 Jathilan, juara 3 sandiwara bahasa Jawa dan bersama KIM Donoharjo menjadi juara 1 lomba Petunra KIM yang diadakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman.
Terakhir, Sudarmin menyinggung peran pemerintah pada masa pandemi ini terhadap para pelaku seni yang berada di Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Sleman. Menurutnya, Pemerintah Daerah telah banyak berkontribusi memberikan bantuan dalam hal pembinaan dan pembiayaan agar kelompok kesenian dapat terus berkarya dan berkembang dalam situasi dan kondisi yang serba terbatas.
“Dengan memanfaatkan dana keistimewaan bagi kelompok seni yang telah mempunyai Nomer Induk Kebudayaan,” katanya.
Ia juga berpesan agar pelaku seni, terutama para generasi muda tidak berhenti berkarya dalam keadaan apapun. “Karena sesungguhnya kreativitas itu tanpa batas,” tutupnya. (Upik Wahyuni/KIM Donoharjo)