“Gempa… gempa..” teriak anak-anak menyeru di tengah kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung disambung dengan suara sirine sekolah. Di saat kepanikan melanda, anak-anak kemudian bersembunyi di kolong meja, beberapa menutupi bagian kepala dengan tas yang di bawanya. Ibu guru yang kebetulan mengajar matematika mencoba menenangkan anak-anak untuk tetap tenang dan jangan keluar dari ruangan sampai keadaan atau guncangan berhenti. Karena kuatnya gempa tak pelak beberapa anak mengalami luka-luka, 1 anak patah tangan tertimpa atap kelas, ada yang luka di kepala terkena pecahan kaca, 1 anak pingsan karena shock, ada juga yang patah kaki.
Setelah guncangan berhenti anak-anak kemudian berlari ke luar ruangan sambil melindungi kepalanya masih menggunakan tas atau tangan menuju ke tempat terbuka di titik kumpul evakuasi. Yang terluka kemudian dirawat oleh guru dengan menggunakan alat seadanya. Tak lama kemudian tim destana donoharjo menuju lokasi setelah mendapat laporan dari pihak sekolah. Anak-anak terluka dirawat oleh tim penanganan luka kemudian diangkut menggunakan ambulan ke rumah sakit, sedangkan anak yang telah berada di titik kumpul dievakuasi menggunakan pick up ke tempat yang lebih aman. Di tempat ini dilakukan trauma healing kepada anak didik untuk memberikan bantuan penyembuhan gangguan psikologis seperti kecemasan , panik dan gangguan lainnya paska mengalami bencana alam.
Demikianlah adegan simulasi bencana gempa bumi di SDN Banteran 1 Padukuhan Banteran donoharjo yang diinisiasi oleh Destana Desa Tangguh Bencana Donoharjo pada Rabu 6/09/2023.

Agus Hardiyo Pancoro ketua Destana donoharjo dalam materinya menyampaikan
Bahwa
Indonesia termasuk negara rawan dilanda bencana seperti gempa bumi letusan gunung berapi hingga tsunami, hal ini karena Indonesia secara geografis terletak di kawasan ring of fire atau cincin api Pasific. Pertemuan tiga lempeng tektonik dunia lempeng indo-australia lempeng eurasia dan lempeng Pasifik.

“Aktifitas atau pergerakan lempeng bumi tersebut sebagai penyebab bumi bergetar dan bisa berakibat bencana bagi makhluk yang ada di atasnya” ungkap Agus.

Agus juga menegaskan bahwa Diperlukan kewaspadaan terhadap bencana gempa bumi karena sifatnya yang tidak dapat diprediksi , tidak dapat dicegah namun akibat yang ditimbulkan dapat diminimalisir.

Oleh karenanya pendidikan mitigasi bencana harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak di sekolah Dasar, karena sekolah merupakan wahana yang efektif dalam memberikan informasi, pengetahuan dan keterampilan.

“Anak-anak perlu dibekali dengan pengetahuan agar mereka paham langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana sehingga anak-anak tau cara menyelamatkan diri dengan demikian akan mengurangi resiko jatuhnya korban luka-luka maupun korban jiwa.’ kata Agus.

Materi yang diberikan berupa sosialisasi dan simulasi sebagai proses peniruan langkah-langkah kesiapsiagaan yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. Diperkenalkan pula teknik evakuasi mandiri jika terjadi gempa bumi seperti bersembunyi di bawah meja, melindungi kepala serta berlari menyelamatkan diri ke tempat yang terbuka. Bila di luar ruangan hindari bangunan tinggi , tiang listrik, pohon, papan reklame tau benda lain yang berpotensi rubuh jika terkena goncangan.

“Hal mendasar saat menghadapi bencana adalah sikap tenang dan tidak panik sehingga bisa berpikir jernih bagaimana menyelamatkan diri sendiri dan sikap peduli menolong orang lain tanpa mengabaikan keselamatan diri”kata Agus.

Endang suratmini kepala sekolah SD negeri banteran 1 mengapresiasi dengan kegiatan simulasi ini sebagai bekal ilmu kepada anak didik terhadap kesiapsiagaan terhadap bencana

“Ilmu ini akan sangat bermanfaat bagi kehidupan anak-anak ke depannya dan saya yakin akan terus diingat dan dikenang sampai dia dewasa kelak” tandas Endang.
(Upik Wahyuni KIM Donoharjo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *